Senin, 30 Desember 2013

Depresiasi & Deplesi

PENGERTIAN DEPRESIASI

Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan penggunaannya. Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Depresiasi adalah biaya non-kas yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan. Properti yang dapat didepresiasi harus memenuhi ketentuan berikut:
1. Harus digunakan dalam usaha atau dipertahankan untuk menghasilkan pendapatan.
2. Harus mempunyai umur manfaat tertentu, dan umurnya harus lebih lama dari setahun.
3. Merupakan sesuatu yang digunakan sampai habis, mengalami peluruhan/ kehancuran, usang, atau mengalami pengurangan nilai dari nilai asalnya.
4. Bukan inventaris, persediaan atau stok penjualan, atau properti investasi.

Properti yang dapat didepresiasi dikelompokkan menjadi:
- nyata (tangible): dapat dilihat atau dipegang. Terdiri dari properti personal (personal property) seperti mesin-mesin, kendaraan, peralatan, furnitur dan item-item yang sejenis; dan properti riil (real property) seperti tanah dan segala sesuatu yang dikeluarkan dari atau tumbuh atau berdiri di atas tanah tersebut.
- tidak nyata (intangible). Properti personal seperti hak cipta, paten atau franchise.

Depresiasi merupakan komponen penting dalam analisis ekonomi teknik, karena:
1. Dapat dipergunakan untuk mengetahui nilai suatu asset sesuai dengan waktu.
2. Dapat dipergunakan untuk mengalokasikan depresiasi (accounting depreciation) nilai asset tersebut. Pengalokasian tersebut dipergunakan untuk menjamin bahwa asset yang telah diinvestasikan dapat diperoleh kembali setelah masa layannya selesai.
3. Dengan depresiasi dapat dipergunakan untuk pengurangan pengenaan pajak dengan jalan bahwa asset yang diinvestasikan diperhitungkan sebagai biaya produksi, sehingga hal ini berkaitan dengan pajak.

ISTILAH DALAM DEPRESIASI

Beberapa istilah yang sering dipergunakan didalam depresiasi, adalah:
1. Depresiasi adalah penurunan nilai dari suatu asset. Jumlah depresiasiDt selalu dihitung tahunan.
2. Biaya Awal(First Cost atau Unadjusted Basis) adalah biaya pemasangan dari asset termasuk biaya pembelian, pengiriman dan fee pemasangan, dan biaya langsung lainnya yang dapat dideprisiasikan termasuk persiapan asset untuk digunakan. Istilah unadjusted basis atau simple basis, serta simbul B dipergunakan ketika asset masih dalam keadaan baru.
3. Nilai Buku(Book Value) menggambarkan sisa, investasi yang belum terdepresiasi pada buku setelah dikurangi jumlah total biaya depresiasi pada waktu itu. Nilai buku BVt selalu ditentukan pada akhir tahun.
4. Periode Pengembalian(Recovery Period) umur depresiasi, n, dari asset dalam tahun untuk tujuan depresiasi.
5. Nilai Pasar(Market Value) Perkiraan nilai asset yang realistis jika asset tersebut dijual pada pasar bebas.
6. Tingkat Depresiasi (Depreciation Rate atau Recovery Rate) adalah fraksi dari biaya awal yang diambil dengan depresiasi setiap tahun. Tingkat ini adalah dt, mungkin sama setiap tahun yang sering disebut dengan straight-line rate atau berbeda setiap tahun pada periode pengembaliannya.
7. Nilai Sisa (Salvage Value) Perkiraan nilai jual atau nilai pasar pada akhir masa pakai dari asset tersebut. Nilai sisa SV.

METODE PERHITUNGAN DEPRESIASI

Secara umum, metode perhitungan depresiasi dibagi dua, yaitu:
1. Metode klasik, terdiri dari:
a. Metode garis lurus (straight-line, SL)
b. Metode declining balance (DB)
c. Metode sum-of-the-years-digits (SYD)
2. Sistem perolehan biaya dipercepat termodifikasi (Modified Accelerated Cost Recovery System, MACRS)

http://kira09-mt4.blogspot.com/2011/01/depresiasi.html
http://ttavidhie.blogspot.com/2011/03/pengertian-depresiasi.html
straight -line depreciation

Perhitungan Penyusutan Metode Garis Lurus

Aktiva tetap dalam akuntansi adalah aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Jenis aktiva berwujud ini biasanya dibeli untuk digunakan dalam operasional dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aktivat tetap antara lain adalah properti, bangunan, pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan kantor, komputer, dan lain-lain. Kecuali tanah atau lahan, aktiva tetap merupakan subyek dari depresiasi atau penyusutan.
Pada umumnya, banyak perusahaan menggunakan dasar perhitungan penyusutan menggunakan metode garis lurus karena dianggap mudah dan sederhana. Rumus perhitungan penyusutan metode garis lurus adalah sebagi berikut :
= (Harga Perolehan – Nilai Sisa/Residu) : umur ekonomis (dalam hitungan bulan)
NB:
Dikarenakan banyaknya pertanyaan yang masuk seputar perhitungan penyusutan per bulan dan akumulasi penyusutan, berikut saya tambahkan tulisan ini. Semoga bisa sedikit lebih membantu anda dalam menyelesaikan kasus.
Bagi yg msh mengalami kesulitan mengetahui besarnya penyusutan suatu barang; anda hrs mengetahui tanggal/bulan/tahun pembelian sehingga didapat perhitungan yang tepat. Apabila tanggal/bulan/tahun tdk didapat, minimal anda harus mengetahui bulan dan tahun pembeliannya.
Rumus perhitungannya penyusutan per bulannya adalah sbb:
Bagi mereka yg menggunakan nilai residu pd perhitungan penyusutan, rumusnya sbb:
= (Harga Perolehan – Nilai Sisa/Residu) : umur ekonomis
Bagi mereka yg tdk menggunakan nilai residu pd perhitungan penyusutan, rumusnya sbb:
= Harga Perolehan : umur ekonomis
Namun bagi anda yang ingin menghitung penyusutan harta yang telah berjalan (pembelian terdahulu), caranya adalah sbb :
1. Hitung terlebih dahulu besarnya penyusutan per bulan
2. Kalikan nilai penyusutan per bulan dg banyaknya bulan yg sudah berjalan, sehingga didapat akumulasi penyusutannya
Contoh kasus :
Pd tanggal 1 Januari 2012 telah dibeli kendaraan senilai 100jt, perusahaan telah menentukan umur ekonomis adalah 5 tahun dengan nilai residu 1jt, hitunglah akumulasi penyusutan kendaraan sampai dengan bulan April 2012.
Jawabannya adalah sebagai berikut :
1. Hitung penyusutan per bulan terlebih dahulu
= 100jt – 1jt : (5×12)
= 99jt : 60 bulan
= 1.650.000
2. Hitung akumulasi penyusutan dari bulan Januari – April 2012 (4 bulan)
= 1.650.000 x 4
= 6.600.000




Metode Angka Tahun/Sum of Years Digit Method


Konsepnya sama dengan metode saldo menurun, yaitu aktiva tetap masih baru jumlah depresiasinya besar, kemudian makin lama makin kecil.
Angka tahun dapat dihitung dengan menggunakan :
Rumus = N (N+1)/2

Nilai sisa dapat digunakan dalam perhitungan.


Ilustrasi : PEMBELIAN AWAL TAHUN

CV. Bawal membeli mesin foto copy seharga Rp. 10.000.000 umur 4 tahun pada tanggal 3 Januari 2006.
Jawab :
Jumlah angka tahun = 4+3+2+1 = 10
Depresiasi 2006 = 4/10 x Rp. 10.000.000 = Rp. 4.000.000

Jurnal pada akhir tahun 2006 :

D : Beban Depreasiasi- Mesin Foto Copy Rp. 4.000.000
K : Akumulasi Depresiasi- Mesin Foto Copy=====Rp.4.000.000

Depresiasi 2007 = 3/10 x Rp. 10.000.000 = Rp. 3.000.000

Jurnal pada akhir tahun 2007 :

D : Beban Depresiasi-Mesin Foto Copy Rp. 3.000.000
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Foto Copy==== Rp. 3.000.000

Depresiasi 2008 = 2/10 x Rp.10.000.000 = Rp. 2.000.000

Jurnal pada akhir tahun 2008 :

D : Beban Depresiasi-Mesin Foto Copy Rp. 2.000.000
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Foto Copy==== Rp. 2.000.000

Depresiasi 2009 = 1/10 x Rp. 10.000.000

Jurnal pada akhir tahun 2009 :

D : Beban Depresiasi-Mesin Foto Copy Rp. 1.000.000
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Foto Copy==== Rp.1.000.000


Ilustrasi : PEMBELIAN TAHUN BERJALAN

Pada tanggal 19 Mei 2008, PT Belanak membeli Mesin Es Krim seharga Rp.24.000.000 dengan umur 4 tahun.

Depresiasi 2008 = 4/10 x 7/12 x Rp. 24.000.000 = Rp.5.600.000

D : Beban Depresiasi-Mesin Es Krim Rp. 5.600.000
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Es Krim==== Rp. 5.600.000

Depresiasi 2009 = 4/10 x 5/12 x Rp. 24.000.000 = Rp. 4.000.000
3/10 x7/12 x Rp. 24.000.000 = Rp. 4.200.000

Jurnal pada akhir tahun 2009 :

D : Beban Depresiasi-Mesin Es Krim Rp. 8.200.000
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Es Krim==== Rp. 8.200.000

Depresiasi 2010 = 3/10 x 5/12 x Rp. 24.000.000 = Rp. 3.000.000
= 2/10 x 7/12 x Rp. 24.000.000 = Rp.2.800.000

Jurnal pada akhir tahun 2010 :

D : Beban Depresiasi-Mesin Es Krim Rp. 5.800.000
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Es Krim==== Rp 5.800.000

Depresiasi 2011 = 2/10 x 5/12 x Rp. 24.000.000= Rp 2.000.000
= 1/10 x 7/12 x Rp. 24.000.000 = Rp.1.400.000

Jurnal pada akhir tahun 2011 :

D: Beban Depresiasi-Mesin Es Krim Rp. 3.400.000
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Es Krim==== Rp. 3.400.000

Depresiasi 2012 = 1/10 x 5/12 x Rp. 24.000.000 = 1.000.000

Jurnal pada tanggal 31 Mei 2012

D: Beban Depresiasi-Mesin Es Krim Rp. 1.000.000
K: Akumulasi Depresiasi-Mesin Es Krim=== Rp.1.000.000


Metode Satuan Hasil Produksi


Dalam metode ini umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga penyusutan tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi hasil produksi.

langsung sajja ke contoh soal... cekidoott...

Pada tanggal 1 agustus 2008 dibeli sebuah mesin dengan harga Rp 60.000.000,-. Biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pembelian mesin tersebut adalah Rp. 5.000.000,- niai sisa dari mesin tersebut ditaksir sebesar Rp 5.000.000,-. Mesin tersebut ditaksir dapat bekerja selama 45.000 jam dan dengan hasil produksi sebanyak 550.000 unit produk. Mesin tersebut pada tahun 2008 bekerja selama 10.000 jam dengan hasil produksi sebnayak 110.000 unit produk. Tahun 2009 mesin bekerja selama 15.000 jam dengna hasil produksi sebanyak 250.000 unti produk.
Diminta : buatlah jurnal untuk mencatat depresiasi mesin tersebut untuk tahun 2009 dengan menggunakan metode satuan jam kerja mesin dan metode satuan hasil produk.

Beban pebyusutan pertahun = jumlah produksi setahun x penyusutan per unit

Tarif penyusutan per unit  =   harga perolehan – Nilai rosidu                                                taksiran hasil produksi

Dik : H.perolehan = Rp. 60.000.000,- + Rp. 5.000.000,- = Rp. 65.000.000,-
        N.sisa/rosidu = Rp. 5.000.000,-
        taksiran hasil produk = 550.000/unit produksi
Peny : tarif penyusutan per unit = Rp. 65.000.000 – Rp. 5.000.000                                                                550.000/unit
          Tarif penyusutan per unit = Rp 109,-

Hasil perhitungan diatas menunjukan tiap 1 unit dioperasikan, penyusutan yang harus dibebankan sebasar Rp 109 ,- Pada tahun 2008 hasil produksi sebanyak 110.000 unti produk dan tahun2009 sebesar 250.000 unit produk
Beban pebyusutan thn 2008 = 110.000 x Rp. 109,-
                                                = Rp. 11.990.000,-
baban penyusutan thn 2009 = 250.000 x Rp. 109,-
                                                = Rp 27.250.000,-
Jurnal
D : Beban depresiasi mesin thn 2009 Rp. 27.250.000,-
K : Akum. Depresiasi mesin thn 2009 Rp. 27.250.000,-

D e p l e s i

Deplesi merupakan istilah lain dari penyusutan atau amortisasi. Deplesi digunakan khusus untuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, misalnya bijih besi, hasil tambang, kayu hutan dsbnya.

Deplesi dihitung dengan tarif deplesi yang diperoleh dari Beban yang dikeluarkan untuk mendapatkan hak penambangan dibagi estimasi hasil yang akan diperoleh.

Ilustrasi 1 :

PT Andalan Tambang memperoleh hak penambangan sebesar Rp. 500.000.000.000,- Estimasi hasil yang terkandung didalamnya sebesar 1.000.000 ton bahan tambang. Tahun pertama berhasil ditambang sebesar 26.500 ton, maka Jurnal Deplesi yang dilakukan akhir tahun pertama adalah :

D : Beban Deplesi=== Rp. 13.250.000.000,-
K : Akumulasi Deplesi====== Rp. 13.250.000.000,-

Keterangan:

Besarnya deplesi tergantung pada jumlah ton yang berhasil ditambang.

Ilustrasi 2 :

Pada tanggal 5 Januari 20 A PT Perkasa membeli tanah yang mengandung bijih besi seharga Rp. 100 milyar. Estimasi nilai sisa tanah seharga Rp. 20 milyar. Hasil survey geologi pada saat pembelian terdapat 2 juta bijih besi yang dapat diambil. Pada tahun 20A dikeluarkan biaya untuk pembuatan jalan dan proses pengeluaran bijih besi sejumlah Rp. 750 juta. Pada tahun 20A, 50.000 ton telah ditambang. Survey baru dilakukan pada akhir tahun 20B dan diperkirakan ada 3 juta ton bijih besi yang terkandung didalam tambang. Pada tahun 20B, 125.000 ton bijih besi berhasil ditambang.

Instruksi:

Hitunglah beban deplesi tahun 20A dan 20B

Solusi :
Beban Deplesi tahun 20A :
Harga sumber daya -nilai sisa Rp. 80.000.000.000,-
Perbaikan lahan jalan............Rp 750.000.000,-
Jumlah..................................Rp.80.750.000.000,-

Estimasi bijih besi dalam ton = 2.000.000 ton

Biaya deplesi per ton Rp. 40.375,-

Beban Deplesi Tahun 20A =

* 50.000 ton x Rp. 40.375 = Rp. 2.018.750.000,-


Beban Deplesi tahun 20B :

Harga sumber daya (neto) Rp. 80.750.000.000,-

Beban Deplesi tahun 20A... Rp. 2.018.750.000,-

Sisa pada awal tahun 20A...Rp. 78.731.250.000,-

Sisa bijih besi setelah survey ( ton) = 3.125.000 ton

( 3.000.000 + 125.000)

Biaya Deplesi per ton Rp. 25.194,-

Biaya deplesi tahun 20B =

* 125.000 ton x Rp. 25.194,- = Rp. 3.149.250.000,-